Saya Tidak Berdoa agar Anak-Anak Saya Menjadi Cerdas

Barusan saya menonton Ted talk by Angle Lee Duckworth dan memutuskan untuk menulis artikel ini karena saya merasa ini sangat relevan dengan apa yang saya alami. Dia menyebutkan tentang bagaimana Grit (sabar dan tekun) memainkan faktor penting untuk keberhasilan di samping IQ yang tinggi.

Jangan salah sangka, saya percaya bahwa IQ, atau lahir sebagai orang pintar, adalah salah satu kunci sukses. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa IQ sangat terkait dengan prestasi kerja. Namun, sayangnya saya bukan bagian dari kelompok yang beruntung itu. Tess IQ saya di taman kanak-kanak dan sekolah menengah menempatkan “kinerja otak” saya sebagai “Rata-rata”. Ini menjelaskan mengapa saya selalu kesulitan dengan Matematika di seluruh tingkat pendidikan. Selama karir, saya selalu kagum dengan banyak rekan kerja atau atasan yang bisa menghitung angka bisnis dengan sangat cepat dan tepat, sementara saya sedikit agak terlambat :).

Tentu saja, hasil penilaian IQ tersebut agak membuat sedih. Bahkan pada saat itu saya sempat berpikir Tuhan sangat tidak adil membiarkan seseorang lahir dengan otak yang lebih baik dari orang lain. Namun, dan sayangnya, menyalahkan Dia tidak akan membuat saya lebih pintar. Akhirnya saya menerima kenyataan bahwa “jenius” bukanlah daya saing saya, oleh karena itu, saya mengembangkan strategi saya sendiri, “persiapan yang lebih baik”. Sebagian besar aplikasinya tidak lain adalah bekerja lebih keras dan bersabar untuk mencapai hasil yang kita inginkan. Sekadar memberi contoh, Siapa pun bisa bertanya kepada office boy di Mayora berapa kali mereka memergoki saya melatih konten dan kefasihan lisan saya sebelum setiap presentasi triwulanan di pagi buta, atau bagaimana saya harus bermalam untuk menyiapkan konten yang memberikan storytelling yang baik.

Ketika saya merenungkan kembali ke hari ini, banyak pencapaian saya karena lebih banyak pada “Ketekunan dan Kesabaran” daripada IQ. Karir di luar negeri dan gelar MBA di Nanyang adalah dua contoh mimpi panjang yang terwujud dengan proses dan keyakinan selama bertahun-tahun. Jadi, saya juga mendorong semua orang bahwa tidak apa-apa tak memiliki IQ tinggi. Sebaliknya, dengan mengakui kekurangan, mendorong kita untuk menjadi orang yang baik dalam aspek lain. Itulah mengapa doa saya untuk anak-anak saya bukan untuk menjadi pintar, tetapi merasa bodoh, tetap belajar dan selalu mempersiapkan diri.