Kekuatan Kebencian

Lebih cepat mana bila Anda Lari ngejar maling atau wanita?

Ilustrasi ini yang paling cucok menggambarkan situasi ketika saya berhasil menyabet Jawara Marketing Plan untuk Ketiga Kali nya berurutan di Unicharm mengalahkan 6 markerter lain yang secara posisi di atas saya (Brand manager/ABM). Kompetisi kali ini lebih special karena mendatangkan langsung orang HQ dari Jepang langsung untuk memberikan penilaian dan advice untuk perbaikan.

Juara satu marketing plan di perusahaan sekelas Unicharm sama sekali bukan perkara mudah. Apalagi untuk sekelas brand assistants yang notabenenya 3 level di bawah brand manager. Tapi hari itu begitu istimewa karena saya berhasil melakukannya. Tapi Buat saya yang lebih istimewa adalah motivasi di baliknya.

Saya dari awal tidak mengincar juara pertama, apalagi yang terbaik. Pendorong sayang hanya satu, kebencian. Ya, kebencian, memang benar kata orang, bahwa faktor kesal, benci dan dendam seringkali lebih efektif dari pada hasrat berprestasi itu sendiri. Dua kali marketing plan, dan dua kali pula menuai pujian, dan keduanya berdasar kebencian. Marketing plan pertama adalah hasil sikap dicuekin dan dianggap remeh oleh bos sehingga berhasrat untuk membuka mata dia langsung. Marketing plan kedua (yang akhirnya membuahkan medali) punya cerita lebih dalam lagi.

Resign, itulah kata yang terus terdengar di telinga ini. Load kerja yang terlalu banyak plus urusan urusan ga penting seperti malakin PO orang sales, serta mengurus kerjaan printilan. Kesalnya adalah pekerjaan padat itu datang ketika tepat minggu pembuatan marketing plan, yang padahal adalah momen favorite sebagai marketer. Kekesalan menumpuk ketika bos memarahi, “Mana PO nya”, “kenapa marketing plan nya belum beres”, dengan jari tengah mengacung di bawah meja, dalam hati menggerutu, “Elo yang ngasih kerjaan ga kira2 dan rusuh setengah mati, mana sempet gw ngerjain plan nya”. Habis dimarahi saya langsung ngerjain itu marketing plan sampe jam 3 pagi di kantor, dengan pekikan semangat “INI MARKETING PLAN TERAKHIR GW DI SINI”.

Dua malam nyaris bermalam di kantor untuk mengutak atik data, sambil membaca handbook mkt dan marketing plan guideline. Rasanya lelaaahh sekali, tapi menyenangkan karena bisa belajar banyak. Dan hari presentasi pun tiba, dan apes seperti biasa, mendapat giliran paling terakhir. Ada dua hal yang bikin itu apes. Pertama, setelah jam 2 tidak ada ruangan sehingga harus jeda dulu agak lama dan terancam presentasi di luar ruangan. Kedua, menyaksikan salah satu teman juara bertahan presentasi untuk duluan, itu teramat menciutkan nyali. Semua persiapan sudah dilakukan dari mulai tidur cepat di malam hari H, tidak sarapan dan makan siang, salat ashar sekusuk mungkin, nazar puasa satu minggu sampai minum bodrex extra 2 tablet. Pokoknya keadaan siap tempur.

Dan alhamdulillah presentasi berjalan lancar dan mengalir, skenario yang sudah disusun bisa disampaikan sesuai rencana, walaupun harus agak tergesa karena keterbatasan waktu. Selesai presentasi adalah momen yang membahagiakan, para juri dari member Japanese semua memberikan pujian dan tentu juga nasihatnya. Hanya dari sini saja merasa lelah itu sudah terbayar. Kebahagiaan itu kemudian dilengkapi dengan title “marketing plan terbaik”, dan mendapat medali langsung dari marketing director.  Berhasil keluar dan sebuah situasi under pressure dengan hasil yang di luar bayangan, Sebuah pengalaman yang melelahkan sekaligus membahagiakan. dan tentunya tak akan terlupakan