Mengetuk Pintu Akhirat, Kecelakaan yang mengubah kehidupan

Sudah tak terhitung banyak aku mengantuk mendengar apa itu Ingat mati dan betapa dekatnya hal itu dengan kita. Namun baru kemarin kamis saya tau betapa dekatnya apa yang kusebut Kematian…

———————————————————-


Awalnya tidak ada yang tak normal. Saat itu kami sekeluarga berencana menuju Tasikmalaya untuk berqurban dan membawa paket donasi untuk orang-orang jompo dan yatim piatu (hal yang memang secara rutin tiap tahun ayahku lakukan). Kebetulan, tidak seperti Id sebelumnya, saya bisa ikut karena tidak ada kegiatan di kampus atau asrama seperti tahun-tahun sebelumnya.

        Kita semua berangkat setelah shalat Id (saya salatnya di Bogor) dan melewati rute biasa via tol Cipularang. Posisinya ibu, ayah dan adik paling kecil (dede) duduk di jok depan. Sedangkan di jok tengah dari kiri ke kanan berturut-turut, paman, saya, kakak dan adik (yusuf) Awalnya semuanya seperti biasa saja, mobil Isuzu Panther Touring kami yang dikendarai ayah melaju dengan kecepatan 80-90 Km di Tol Cipularang yang kebetulan agak padat saat itu. Dan seperti biasa juga ayah menyupir dengan lincah salip sana salip sini. Jangan salah walau rambut telah beruban tapi masalah menyupir jiwa ayahku bagaikan kembali ke masa muda.

        Kemudian kejadian itu pun terjadi. Di awali dari niat menyalip mobil, ayahku mengambil bahu jalan tol. Namun saat melintas di bahu jalan,tiba2 suatu suara kras,”GRAKKK” mobil menabrak sesuatu dan melindasnya. Entah kenapa tiba2 mobil seperti kehilangan kendali,oleng ke kiri lalu kemudian ke kanan dan masuk ke badan jalan (jalur cepat). Ketika masuk badan jalan dari arah kanan belakang tiba-tiba melesat bis dengan kecepatan tinggi, dan

..BRAKKK,
        Mobil kami menghantam bis dengan keras,saat itu aku mulai pasrah, kakiku telah melewati pintu akhirat. Mobil kmeudian terguling ke kiri (kopral), entah berapa kali, namun kurasakan dari benturannya sepertinya lebih dari dua kali jungkir balik.

..BUGGHH..BUGHH..BUGHH…
Sangat nyata kurasakan mobil terguling,
ASSYHADU ALAA ILAA HA ILALLAH

ASSYHADU ALAA ILAA HA ILALLAH
Hanya kalimat itu yang terucap dari bibir ku saat itu bersamaan bumi yang seolah berputar dalam pandangan mata. Saat itu aku sangat takut dan pasrah. Demi Allah saya benar-benar takut, saya sadar ini adalah TOL!!, hanya menunggu waktu apakah mobil kami akan disambar mobil lain dengan kecepatan tinggi atau justru terguling masuk ke Jurang Tol Cipularang (bagi yang penah liat jurangnya, dijamin merinding). Satu, dua, tak kurang dari tiga kali mobil terguling, dan kemudian rasanya pandangan sesaat menjadi gelap…

Namun takdir Allah berkata lain, mataku pun terbuka, saat itu pun aku tersadar bahwa mobil telah berhenti berguling dalam posisi mobil tegak normal. Kulihat bangku depan ayah dan ibu terduduk diam tak bergerak. Kulihat ke kiri pamanku di samping terdiam kaku, TAPI KETIKA KULIHAT KE KANAN ..
Aku menyadari adikku yang baru berusia 3 tahun tidak ada di tempatnya, kumenerawang keluar pecahan jendela, ASTAGFIRULLAH, adikku terlempar sekitar 5 meter dari mobil ke jalan Tol, terkapar dengan kepala bersimbah darah. Dalam hati aku berdoa, ya Allah aku belum sanggup bila kau mengambil nyawa adikku saat ini.

Secara spontan saya keluar dari mobil menuju dia (Saat itu sepertinya tubuhku tidak terasa sakit apapun), semakin kudekati, semakin takut hati ini, Namun semuanya hilang tatkala terdengar tangisannya.. “Alhamdulillah ya Allah di masih Hidup”. Langsung ku gotong dan kupeluk dia dan berusaha menenangkannya bersama darah yang mengalir di dari belakang kepalanya.
Keadaan kemudian persis seperti apa yang kulihat di TV, manusia-manusia berhamburan untuk membantu mengeluarkan keluargaku dari mobil, petugas jalan menyetop laju mobil, dan beberapa orang mencoba mengamankan barang-barang kami mulai dari Dompet, Kunci, sampai Alquran. Ibu dan Ayah  dikeluarkan dari mobil dengan darah mengalir di kepala  dan ditidurkan di aspal yang panas . Paman masih berada di Mobil kerana sepertinya tulang punggungnya ada yang patah. Saya dan kakak (selaku 2 orang yang paling kecil cederanya) berusaha menenangkan Yusuf dan dede sambil memayungi ibu.
Tak berapa lama tibalah ambulan, pertama ibu dinaikkan ke Ambulan, kemudian yusuf dan terakhir paman. Saya dan kakak berbagi tugas, kakak tetap di TKP menemani ayah (yang juga hanya luka ringan) dan saya ikut Ambulan. Di ambulan, saya duduk di depan memangku si dede yang kepalanya bocor dan terus mengeluarkan darah (walaupun anehnya dia tak merasa). Dan ketegangan kemudian berpindah tempat dari TKP ke Unit Gawat Darurat RS Efarina Etaham..

————————————————–

Pikiranku kembali ke masa kini.. kecelakaan itu telah setahun berlalu tapi trauma tetap tersimpan, kini entah kenapa tiap kali melewati jalan tol khususnya ketika mobil di bahu jalan, rasanya jantung ini tidak tenang. Selain itu sejak kecelakaan itu ekonomi keluarga makin sulit. Karena selain ayah sudah pensiun, biaya yang harus keluar untuk rumah sakit, mobil dsb juga besar. Momen itu juga jadi awal aku sudah tidak dapat kiriman dana dari orang tua untuk melanjutkan biaya kampusku.

ini bukan foto asli kejadiannya, namun sangat mirip. Panther biru dan bonyok di bagian samping setelah terguling 3x